Wednesday, February 07, 2007

kisah itu...

sebuah kisah dari potongan-potongan surat..*

e-mail satu
Di...pagi ini dadaku pepat banget, pengen nangis, kok ya selama ini aku nggak bersyukur banget sama Allah, pelit banget ibadah. Tau kenapa aku merasa begitu tertohok pagi ini ? Tadi pagi2, waktu kami masih brifing pagi, seseorang masuk ke kantor, laki-laki, dan ternyata dia mustahik.
Aku
menduga dia udah berusia tapi ternyata masih mahasisiwa, lahir tahun 81, dia tersenyum waktu aku bilang Bapak ada yg bisa dibantu ? Jangan panggil Bapak Mbak, dia bilang, panggil Rudi aja.
Dia menyodorkan proposal dan
terjadilah dialog kami berdua ( karena yg lain masih brifing, dan yg beginian memang urusan aku ).
Kamu tau dia pengidap gagal ginjal, sudah 2
tahun ini rutin harus cuci darah seminggu 2x,dan untuk satu kali cuci darah, dia butuh rp 750.000. Mungkin karena itu dia kelihatan lebih tua
dari usianya,wajahnya juga membengkak. Alhamdulilah ada yang mau mendonorkan ginjal buatnya, tapi untuk operasinya dia butuh rp 300 juta, sementara selama ini untuk biaya cuci darah saja dia memanfaatkan kartu berobat miskin, dan sumbangan orang2 yang masih pedulipadanya.
Tapi kamu
tau ? Tak sedikitpun wajahnya mengguratkan keriasauan, bahkan senyum terus
menghiasi wajahnya. Aku nggak bisa bayangkan kalau aku yang diuji Allah dengan ujian ini.
Dia masih kuliah, di semester akhir dan sedang berjuang merampungkan studinya. Dia sangat berharap rumah zakat bisa membantu biaya operasinya itu, karena dia baru punya 10 juta, biaya yang dia dapatkan dari Pemko.
Masih sangat banyakkan dia butuhkan ? Dan yang bikin aku tambah sedih dan pengen nangis, Rumah Zakat nggak bisa bantu beliau banyak, karena memang dana kita juga terbatas sekali, kita cuma bisa bantu 700 ribu, lewat penyaluran langsung kemustahik, sedih banget rasanya.....

e-mail dua
Maaf mengganggu lagi, sore kemarin aku survey ke rumah rudi, pasien gagal ginjal yang aku ceritakan kemarin. Sebelum memuat beritanya di majalah lentera kami, kamikan harus mencari info sebanyak-banyaknya tentang dia, kami harus survey juga gimana kehidupan dia sebenarnya.
Dan aku
benar-benar menangis. Senin ini dia akan cuci darah lagi, tapi kemarin ketika kami datang berkunjung kondisinya sudah sangat menyedihkan.
Perutnya membengkak, dan ia tidak bisa duduk dengan nyaman,harus disangga bantal, wajahnya juga membengkak, ternyata ia sudah melalui 3 kali operasi, badannya penuh luka bekas suntikan infus. Dan ternyata yang membuat aku menagissedih..di badannya ternyata terpasang alat seperti selang-selang gitu. Aku sempat merabanya, seperti denyutan nadi, dan ia bilang iaterbantu dengan alat itu. dulu sebelum alat itu di pasang di lengannya ia harus melalui cuci darah lewat bagian bawah tubuhnya,jadi sakit sekali dia bilang.
Aku sudah cerita belum soal adiknya, adiknya cacat mental,dulu terlahir dalam keadaan prematur, trus beratnya juga cuma 1,5 kg, kaki kanannya juga cacat, dia nggak bisa jalan dengan sempurna, otomatis dia nggak bisa ngerjain apa2. Bapaknya juga dalam kondisi sakit, waktu beli obat di apotik untuk si Rudi, bapaknya ditabrak motor, tangannya patah dan sampai sekarng nggak bisa ngangkat beban berat.Otomatis semua tanggung jawab keluarga
pindah ke ibunya.
Aku nggak tau..hikmah apa yang ingin Allah tunjukkan ke keluarga ini. Wanita yang jadi Ibunya pastilah wanita yang kuat,karena ketika kami datang berkunjung ia masih mengukir senyum,masih sempat menjamu kami dengan makanan yang akan ia jual padahal aku tau pastilah berat melalui hari2nya dengan kondisi seperti itu...

*seperti diceritakan seorang teman yang menjadi relawan rumahzakat di Pekanbaru...

hmmm....seperti biasa kita hanya bisa membalasnya dengan khotbah berbusa-busa ...
my e-mail
hmmm...sebuah kisah kehidupan seperti itu memang membuat kita bingung...selalu muncul kata mengapa? kadang tidak sesederhana bahwa bagi kita adalah untuk lebih bersyukur dan baginya adalah ujian...kadang membuat kita manusia yang tak tahu diri mencoba menggugat-Nya...
hmmm...bingung karena tidak ada yang bisa kita lakukan, kita hanya bisa menatap dan terguncang...
ahh, ketika kita tidak bisa membantu apa-apa pada orang itu...kita hanya bisa membantu diri kita sendiri rupanya...kita jadi sadar untuk mengukur diri...tentang banyak kelalaian yang telah kita lakukan...
tapi dari sisi lain, kita harus mengagumi orang-orang seperti rudi...meski sakit, namun mereka seperti memiliki energi yang berlebih, sebuah semangat untuk mempertahankan kehidupan.
hmm, mungkin orang-orang seperti ini adalah 'utusan Tuhan'...untuk memberi kita pelajaran, mengingatkan...mereka adalah bagian dari kasih sayang-NYa
terimakasih lagi untuk kisahnya...sebuah tamparan yang berharga...ketika kita hanya bisa menuntut...

3 comments:

Anonymous said...

Manusia... seringnya memang hanya bisa menggugat dan menuntut,dan kadang begitu kerdil.

Manusia... hanya sebatas jasad yang tak tahu apa yg terjadi di balik lintasan Ruang dan waktu dengan Sang Pencipta.

Hhmm...

Anonymous said...

menyentuh. gw jg ga tau harus bagaimana kalo ngadepin hal kayak rudi. selama ini kita selalu merasa: ya Allah kenapa gw gini, knp gitu, padahal belum apa2. thanks for the story. gimana kabarnya rudi dan keluarga sekarang ya? gw ada temen di dompet dhuafa mungkin bisa bantu. ada kontaknya rudi dan keluarga? atau bisa mintain ke temen lu yg di rumah zakat?

Anonymous said...

mmm...pelajaran besar!

semester2 awal kan belajar ilmu ekonomi karena fakultasnya emang fakultas ekonomi. jurusannya, manajemen, konsentrasinya, MSDM. (wah wah...sampe gw jelasin gini, takut amat yak? hehehe)