Tuesday, March 28, 2006

beberapa serakan yang lalu

langkah gerimis tetes mengalir
tangis kemenangan kota...pahala
nafkah keringat mesin manusia
membubarkan hiruk pikuk...massa

namun mengapa gorong hitam
bergulat cinta penzina...dosa
nestapa orang-orang kalah
gerimis membasuh dosa-dosa

saatnya kita pulang...
10 ramadahan 1424



ternyata melupakan lebih sulit dari mengingat

dari tangga perlahan menyusuri mata
dalam kain melapis aura harummu
dimulainya gesekan-gesekan hingga

timbulnya api

yang tak mungkin padam karena engkau
terus menerus meniupnya melalui
nafasmu yang terhirup tenggorokanku

...ketika kayu mulai menjadi arang merah

nyala
kaupun gunakan matahari, gerah keringat
adalah basah menyiksa, gatal tak tergaruk
namun keringat menjadi menyejukkan
setelah hembusan angin kecil menerpa
dari selintas kehadiranmu
langkahku terpaksa mengikuti kerelaan

hati
ku tak percaya dadu digulirkan
di atas papan kepercayaan, mekanisme-Nya
adalah keniscayaan yang kadang aku hapus
dan kutulis kembali dalam keimananku

aku yang tak tahu diri mencoba rencana
rencana dengan ruang-ruang cukup
di kejauhan aku duduk di sini sekilas
yang sering dalam pandangan-pandangan

itulah langkahku yang terpaksa mengikuti
kerelaan hati, dengan kesucian gairah
yang berbayang nafsu memoar pertemuan
kita yang terbakar api yang kau nyalakan
perlahan asap kembali menuliskannya pada awan-awan
kini aku masih menunggu untuk turunnya hujan
tetes-tetes air memoar...
agustus 2003





hmm...ketika kita jatuh cinta
hidup menjadi sederhana

sekarang, yang aku inginkan
nyalakan api yang dulu mungkin padam
cukup nyalanya lilin, kiranya
cahayanya cukup untuk kita berdua
april 2002


merentang raksa angkuhku
kini tersipu asmara belantara
terpagu gelisik rumput liar
hening menjulang cinta-Mu
2004



engkau yang membuatku berhijabkan malu

entah rindu mengaburkan hati dan mataku
engkau sesejuk embun dan gerahnya keringat
entah cahaya menyilaukan atau tanpa bulanmu malamku pekat
mei 2002



aku menulis air menggambar udara

memacu kesabaran yang terus tumbuh
menuang melodi inspirasi apa-apa
kesana kemari tanpa peluh
begitu purba aku melambung bola
ternyata awan hanyalah gas belaka
kataku tentangmu berpecah, tak berarti
ternyata keindahan bukan siapa-siapa

aku membunuhmu disudut waktu
oktober 2003

1 comment:

Anonymous said...

masa lalu...biar berlalu...
dan jangan kapok berbuat salah....
hehehe....
mungkin dalam dosa...
ada pelajaran yang berguna...
bila kita bisa melihat hikmah...

:p